3.27.2010

cerita dari solo

Memiliki teman atau sahabat yang bisa selalu mendampingi kita entah suka ataupun duka adalah dambaan setiap orang. Teman bergaul sudah cukup manjadi tolak ukur pencitraan kita, sesungguhnya siapa diri kita.
Saya pernah mendengar sebuah cerita yaitu pada zaman dahulu, ada seorang ulama yang akan berpindah atau berkunjung pada suatu tempat. Sebelum tiba ditempat barunya dirinya berdo’a agar mendapat seorang teman yang baik serta sholeh dan bisa membimbing serta merubah dirinya menjadi lebih baik.
Hal yang sama juga aku lakukan, waktu itu ketika aku mau pergi ke Solo yang menjadi tempat tujuan mondok ku. Ku coba berdo’a agar ditempat baruku aku bisa mendapat teman yang baik, yang selalu bisa memberikan nasehat, arahan untuk membawa karakter diri yang lebih baik.
Dan. . . . . . .Allah mengabulkan do’a ku. Aku bisa kenal dan berteman dengan Yudi Santoso, Agus Mustofa, Nanda Fauzan dan Dicka Habibi. Merekalah yang selalu menginspirasi diri ku, serta menasihatiku dan telah berperan sehingga aku bisa menjadi lebih baik.
Malan jum’at berarti jadwal ku untuk melaksanakan sholat khifdzi. Entah dari mana awalnya tiba – tiba saja air mataku keluar dan hampir membasahi pipi mulus ku. Akan tetapi ku coba melanjutkan sholat khifdziku karena sudah sampai di tengah perjalanan walau disertai dengan suara terpatah – patah dengan segumpal pikiran dan penyesalan karena perpisahan ku dengan mereka.
:: bed time stories
Setiap malam setelah seharian mengaji kami selalu melakukan ritual khusus pengantar tidur yaitu bercerita. Bercerita semua hal tentang diri kami serta masalah – masalah yang ada dan yang perlu diselesaikan untuk kemajuan PonPes ke arah yang lebih baik.
Terkadang kami tidur sama – sama dan kadang kala tidur secara terpisah guna mencari mangsa / pendekatan pribadi terhadap teman – teman yang memiliki masalah.
:: terbuka berarti percaya
Itulah jurus jitu yang kami lakukan sebagai pengurus untuk memperoleh informasi – informasi mengenai pribadi santri – santri yang ada di ponpes kami. Yang selanjutnya kami tindak dengan memberi advice, arahan serta motivasi untuk melanjutkan perjuangan agama ini.
Dengan menceritakan segala hal tentang masa lalu kami akhirnya teman – teman berani membuka diri, mengungkapkan masalahnya karena mereka merasa mendapat sebuaha kepercayaan dari kami.
:: about yudi
“Tidak ada seorang pun yang bisa membuatku marah serta mundur dalam meraih cita – cita ku” itulah kata – kata yang selalu aku ingat yang keluar dari bibir seksi Yudi Santoso. Hal yang selalu aku ingat dari dirinya ketika dia diperintah kedua orang tuanya untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi setelah dia menyelesaikan pendidikannya di STM. Akan tetapi dengan tidak mengurangi rasa hormat terhadap kedua orang tuanya, dia memberikan pengertian terhadap orang tuanya bahwa dirinya ingin membahagiakan serta membalas semua jasa yang telah diberikan oleh kedua orang tuanya yaitu dengan menjadi seorang mubaligh yang paham. Dan dari kami berlima hanya Yudi lah yang bisa menjadi seorang mubaligh.
Harta yang berkecukupan, muka yang mendukung, akhlak yang baik serta mandiri tidak menjadikan dirinya sombong. Bahkan mencari cewek baginya mudah akan tetapi dengan tetap dan teguh pada prinsip awal, dia ingin membahagiakan orang tuanya.
Baik Yudi ataupun kami. Yah. . .kami semua selalu belajar untuk bisa menjadi seorang low profile. Walaupun kami semua memiliki kelebihan masing – masing tetapi kami selalu mengatakan “Tolong berikan nasehat pada kami, kami ini adalah manusia biasa. Berikan saran dan kritik untuk kami, kami juga memiliki salah karena kami bukan seorang yang sempurna”.
Rendah diri atau renda hati. Terserah apa yang akan kalian katakan yang jelas kami memiliki maksud untuk membentuk opini public bahwa janganlah menganggap seseorang sempurna. Dan suatu ketika kalian melihat kesalahan pada kami yang tidak sesuai dengan picture in your head about us maka kalian akan membenci kami. Sedia payung sebelum hujan. . .yah bisa dikatakan begitu.
Untuk teman – teman ku : Yudi Santoso, Agus Mustofa, Nanda Fauzan dan Dicka Habibi, ku kan selalu mengingat kalian. Menjadi sebuah penyesalan sampai sekarang ketika disaat – saat akhir perpisahan ku dengan kalian, kalian tidak ada mengantar kepergian ku. Mulut ini tak bisa berkata – kata ketika hanya bisa melihat wajah kalian dari kejauhan sambil berlalu pergi meninggalkan pondok tercinta. Dan kesedihan yang tak kalah mengharukan ketika harus meninggalkan kedua orang tua. Akan tetapi aku tahu, aku mengerti “Boyz Don’t Cry”

0 komentar:

Post a Comment

 
Free Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Website templateswww.seodesign.usFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver